NEXT MATCH : Serie A Italia : Crotone vs Juventus, 9 February 2017, 00.00 WIB (8 February 18.00 CET)

Saturday, October 3, 2015

Browse: Home / / Surat Andrea Agnelli Kepada Para Pemegang Saham

Surat Andrea Agnelli Kepada Para Pemegang Saham

Kepada para juara Italia,

Setelah sebuah kebijakan yang mulai dilaksanakan pada musim panas 2010, dengan perombakan staf manajerial, injeksi finansial untuk mendukung neraca keuangan dan memperbaiki kepengurusan, klub telah kembali meraih sukses di atas lapangan dan dalam kondisi ekonomi yang baik. Empat gelar liga, tiga gelar Piala Super Italia dan perkembangan menggembirakan di Liga Champions, mulai dari babak perempat final musim 2012/13 hingga final di Berlin yang diselingi dengan semi final Europa League. Semua ini datang bersamaan dengan meningkatnya laba, mengiringi perjuangan klub yang mengalami kerugian dari tahun ke tahun, sebelum akhirnya mencatat keuntungan operasional pada musim 2013/14 dan keuntungan bersih di musim yang baru berlalu.

Manajemen dan pemegang saham kini menghadapi tugas yang baru dan mungkin berat. Kita harus menghadapi dilema seperti yang dihadapi setiap klub sepakbola papan atas. Hanya prestasi-prestasi di atas lapangan – di kancah nasional dan internasional – yang memberi pendapatan signifikan, entah itu dari televisi, kesepakatan-kesepakatan komersial atau penghargaan-penghargaan keolahragaan. Namun hanya dengan pengelolaan pendapatan yang seimbang dan terukur kita dapat berkompetisi di level tertinggi.

Perombakan besar skuat untuk musim 2015/16, yang memastikan Bianconeri tetap kompetitif, bersamaan dengan strategi-strategi untuk memperluas jalur pendapatan dengan mencari mitra-mitra global (seperti kesepakatan baru-baru ini dengan adidas, yang akan menempatkan Juventus pada level internasional yang sama – baik dalam hal pendapatan dan popularitas – seperti klub-klub top layaknya Real Madrid dan Bayern Munich), akan membantu klub anda terus berkembang.

Strategi komersial yang telah kita bangun dalam lima tahun terakhir akan terus berkontribusi memaksimalkan pendapatan dari periklanan dan Juventus Stadium. Pengelolaan langsung dalam perizinan dan penjualan (tiket dan produk-produk Juventus lain) menghadirkan tantangan besar, sebuah wilayah yang sebelumnya tak terjamah kesepakatan-kesekatan komersial. Tantangan selanjutnya adalah meningkatkan capaian hampir 300 juta suporter Juventus dari berbagai belahan dunia, dengan melakukan ekspansi komersial melalui media digital dan iklan elektronik.

Namun kemajuan pesat Juventus ini tentunya tidak cukup untuk mendorong percepatan pembangunan masa depan sepakbola Italia. Di samping itu, situasi sepakbola dunia menjadikan sepakbola di negeri ini nampak hanya bersifat industri yang hanya memberi sumbangsih kepada negara melalui pajak pendapatan dan rentetan pembayaran lain. Sedihnya lagi, sepakbola Italia tidak memiliki sumber daya manusia yang mampu berkiprah di pusat pergumulan politik. Dalam sepakbola kita, orang-orang yang bukan pemegang peran penting menikmati kekuasaan tinggi. Ini adalah lingkungan yang secara busuk meliputi seluruh sistem pengelolaan kita. Sementara itu, untuk kelima kalinya dalam enam tahun, tim-tim Italia yang lolos ke babak eliminasi Liga Champions gagal mencapai prestasi yang membanggakan, bukannya berada di posisi pasar yang sehat, justru tidak mampu mengembangkan diri secepat pesaing-pesaing mereka di Eropa. Dalam periode lima tahun, 2009 hingga 2014, pendapatan dalam sepakbola Inggris meningkat 61%, 46% di Jerman, 32% di Spanyol, 42% di Perancis, 86% di Rusia dan 62% di Turki. Pendapat di Italia untuk periode yang sama hanya 14%. 

Harapannya adalah bahwa pagelaran Olimpiade di akhir 2016 nanti, dapat mempercepat reformasi struktural sepakbola Italia dan melakukan perubahan mendasar dari segi personil, standar kompetensi dan bagaimana jalannya kompetisi sepakbola. Ini adalah proses yang harus dilaksanakan oleh tubuh pengelola liga, pesepakbola dan para pelatih agar dapat mennghindari berlalunya lima tahun lagi, antara tahun ini hingga 2020, menyiapkan rencana apa yang harus dilakukan tapi tak dilakukan siapapun.

Sepakbola harus kembali ke makna sejatinya dan, dalam jangka pendek, untuk meningkatkan kualitas produk yang kita tawarkan kepada para suporter, sangatlah bijak mengupayakan beberapa hal berikut ini:

  1. Untuk sekian lama ide membentuk tim B telah ditolak, sementara negara-negara lain telah menjamin pengembangan pemain-pemain muda mereka. Serie A harus memiliki kekuatan untuk menjembatani jarak antara kompetisi Primavera (U-19) dan kemungkinan para pemain muda itu bergabung dengan tim utama, yang berlaku bagi para pemain berumur antara 22 dan 23 tahun.
  2. Mereformasi sistem liga sangatlah penting dan mesti disertai dengan pemikiran mendalam dari segi kesalinguntungan. Tim-tim yang terdegradasi harus dilindungi guna mencegah kebangkrutan, begitu juga kelanjutan nasibnya. Sangatlah jelas kasus-kasus seperti yang terjadi pada Parma, yang bangkrut saat musim liga masih bergulir, atau masalah-masalah yang dihadapi banyak klub untuk memenuhi ketentuan-ketentuan UEFA, menghancurkan kredibilitas sistem secara keseluruhan, membuatnya tak lagi menarik bagi investor-investor baru potensial, yang kita perlukan, semua ini membutuhkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang.
  3. Persoalan mengenai stadion, kurangnya keamanan dan kekurangan-kekurangan lain, masih tak berubah. Tak hanya belum adanya rencana perbaikan infrastruktur, fasilitas-fasilitas yang ada diberikan keringanan oleh sistem perizinan saat ini untuk dipakai. Penggunaan Teknologi Garis Gawang – sebuah tindakan positif – hanya memerlukan biaya yang semua klub mampu penuhi tanpa banyak masalah. Sedihnya, kebijakan lain dalam hal investasi keamanan tidak juga dilakukan dan teknologi video pengamatan mutakhir, yang lebih murah, justru dapat membantu pekerjaan pihak berwajib dalam mengidentifikasi oknum-oknum di balik segala tindakan pengrusakan dan jelas dapat memutuskan siapa yang disebut ‘pihak bertanggungjawab yang diputuskan secara objektif’, dimana setelah kejadian baru-baru ini yang terjadi pada laga derby di Stadio Olimpico Turin April lalu, saya lebih cenderung menyebutnya ‘pihak bertanggungjawab yang bukan utama’. Pihak yang bertanggungjwab kini tidak lagi yang paling penting dan sepakbola Italia nampaknya pasrah dengan penyimpangan ini.
Sebagai penutup, saya yakin benarlah jika kita mengatakan bahwa bisa bersuara dalam dialog dan melakukan reformasi dalam pemerintahan tidak terwujud hanya dari harapan-harapan dari pihak satu klub saja. Ini adalah tren yang terbentuk di level Eropa, berkat kemampuan institusi-institusi sepakbola untuk membuat rencana, khususnya Asosiasi Klub Eropa (ECA), dan juga UEFA. Bergabungnya klub-klub dalam Komite Eksekutif UEFA adalah peristiwa penting bersejarah, dan juga institusi itu terbukti menjadi institusi yang terstruktur baik untuk dimasuki, mengingat mereka menginvestasikan sumber daya manusia dan finansial dalam sepakbola dan secara cukup memadai ingin suara-suara mereka didengar. Sungguh merupakan kebanggaan bagi saya mewakili 220 klub dari 53 asosiasi sepakbola berbeda dalam dialog ini, bersama dengan Presiden Rummenigge. Selama 12 bulan terakhir, ECA telah mencapai kesepahaman dengan otoritas sepakbola Eropa yang mengantar pada ditandatanganinya Nota Kesepahaman (MOU) baru, berlaku hingga 2022. Kesepakatan tersebut termasuk soal keuntungan yang lebih besar bagi klub-klub, dimulai dengan Piala Eropa 2020, dan kesepakatan saling menguntungkan baru antara Liga Champions dan Europa League.

Dialog positif serupa telah dilaksanakan dengan FIFA, namun segala hal yang baru-baru ini muncul di tengah media global memperlambat proses tersebut.

Inti langkah ini adalah nantinya tak ada satu institusi sepakbola pun untuk waktu yang lama mengabaikan tutntutan transparansi dan reformasi tanpa resiko menjadi kewalahan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...