Bagai dua sisi mata uang, muncul sepasang hal bertolak belakang bagi persepakbolaan Italia menyusul terukirnya rekor 150 penampilan tim nasional oleh Gianluigi Buffon.
Di satu sisi, kepantasan Buffon untuk bertahan selama itu sebagai
kiper nomor satu Gli Azzurri tak terbantahkan. Di sisi lain, merekah
kekhawatiran bila memikirkan calon penggantinya untuk mengawal gawang La
Nazionale. Tidak seperti dahulu, Calcio sekarang minim pilihan ideal di sektor kiper.
Salvatore Sirigu, yang bermain untuk Paris Saint-Germain, salah satu
klub paling prestisius di dunia, mungkin kandidat terkuat buat menjadi
penerus langsung Buffon saat kelak il portiere Juventus itu
gantung sarung tangan, tetapi keraguan mencuat setelah eks penggawa
Palermo itu kehilangan tempat utama di Parc des Princes dengan
kedatangan Kevin Trapp dari Eintracht Frankfurt.
Hal sama berlaku untuk opsi di lapis ketiga, yang tampak membeludak:
Daniele Padelli, Andrea Consigli, Emiliano Viviano, Mattia Perin, dan
Marco Sportiello yang belakangan mengorbit. Semuanya adalah kiper bagus
dalam konteks Serie A, namun dengan pengalaman internasional nyaris
nihil. Sementara, pemberian label “Buffon baru” kepada talenta belia
seperti Francesco Bardi dan Nicola Leali kelihatannya lebih banyak
memberikan efek negatif – beban dan tekanan – ketimbang positif.
Ini memprihatikan karena belum lama lalu Italia mampu memproduksi
seabrek penjaga gawang tangguh dengan kualitas yang tak perlu
diperdebatkan, sehingga banyak nama top terpaksa dicoret dari skuat
Azzurri untuk turnamen-turnamen besar meski secara kemampuan mereka akan
jadi pilihan utama di sebagian besar negara lain. 20 tahun silam,
Buffon muda bahkan sempat terabaikan dalam sebuah liga yang didominasi
kiper-kiper andal sekaliber Angelo Peruzzi, Gianluca Pagliuca, Francesco
Toldo, dan Luca Marchegiani.
Gambaran terkait penurunan jumlah para penjaga gawang Italia
berkualitas dapat disimak dalam tabel di bawah. Dimulai dari 1995, musim
debut Gianluigi Buffon di level profesional, kami mengalkulasi
keberadaan kiper-kiper Italia di Serie A setiap lima tahun. Hasilnya
mencengangkan.
MUSIM | KIPER ITALIA DI SERIE A |
KIPER ITALIA DI SERIE A (5 klub teratas) |
KIPER ITALIA DI LUAR NEGERI |
1995/96 | 18 (dari 18 klub) | 5 | 0 |
2000/01 | 15 (dari 18) | 3 | 1 |
2005/06 | 16 (dari 20) | 1 | 0 |
2010/11 | 12 (dari 20) | 2 | 0 |
2015/16 | 9 (dari 20) | - | 0 |
*) Khusus kiper yang memegang posisi utama di klub
Status “kiper utama” diberikan kepada portiere dengan angka
penampilan terbanyak di klub tersebut dalam satu musim yang dimaksud,
dan tampak jelas drastisnya kemerosotan jumlah kiper Italia di kasta
teratas. Dari penguasa total pada 1995, dalam dua giornata perdana musim ini para penjaga gawang lokal justru menjadi minoritas, dengan hanya sembilan dari 20 klub memasang Italiano sebagai
kiper inti mereka. Secara umum, problem ini sudah kentara dalam
sedekade terakhir, alias sejak 2005/06. Saat itu di antara lima kiper
yang timnya finis teratas di klasemen akhir – sebelum putusan Calciopoli –
hanya Buffon yang berhak tampil untuk La Nazionale. Ia dikelilingi oleh
kuartet asing dalam diri Dida (Milan), Julio Cesar (Internazionale),
Sebastien Frey (Fiorentina), dan Doni (Roma).
Fakta lainnya yang tak kalah mengkhawatirkan adalah nasib kiper-kiper
Italia di luar negeri sekarang. Kalau dulu mereka tidak perlu hijrah ke
mancanegara karena Serie A sendiri sudah dianggap liga yang paling
prestisius plus ketiadaan persaingan dengan kiper-kiper asing, saat ini
justru berlaku sebaliknya. Cuma ada empat kiper asal Negeri Spageti yang
merantau ke liga-liga top Eropa lainnya sekarang ini, tapi status
mereka sebatas cadangan di klub masing-masing: Sirigu di PSG, Gianluca
Curci di Mainz, Vito Mannone di Sunderland, dan Francesco Bardi di
Espanyol. Musim ini keempatnya belum pernah tampil sekali pun bersama
klub mereka di liga.
Bicara mengenai kiper lokal yang menjadi kaum minoritas di negara
sendiri, memang masih ada yang lebih buruk dari Italia – Inggris jadi
yang terparah – tapi ini seharusnya tidak dijadikan alasan. Seperti yang
bisa dilihat dalam grafik, pada musim 2015/16 ini persentase keberadaan
kiper lokal yang lebih rendah daripada penjaga gawang asing (terkait
menit bermain) hanya terjadi di Premier League dan Serie A.
Mengacu pada situasi terkini, berarti opsi yang tersedia bagi Antonio
Conte untuk mengisi posisi kiper dalam skuat Nazionale relatif minim.
Khusus di Serie A, hanya sembilan nama yang bisa diseleksinya buat
menempati tiga slot kiper di timnas – meskipun ini bisa bertambah jika
kiper Lazio Federico Marchetti pulih dari cedera atau Perin kembali
merebut posisi utama di Genoa. Singkat kata, ini bukan kondisi ideal
bagi persepakbolaan Italia.
Buffon masih bisa menjadi andalan untuk bertahun-tahun ke depan, tapi
sinyal bahaya mungkin sudah harus diperhatikan Italia dalam upaya
mencari pengganti sepadan Sang Superman.
No comments:
Post a Comment